Menpan RB Hadiri Wisuda IAIN Cirebon, Rektor Prof Aan Paparkan Transformasi Lembaga

IAIN Cirebon – Institut Agama Islam Negeri Syekh Nurjati Cirebon menggelar Sidang Senat Terbuka XXVIII Wisuda Sarjana, Magister dan Doktor bertempat di salah satu hotel di wilayah Kedawung, Senin sampai Selasa, 4-5 Maret 2024.

Kegiatan wisuda IAIN Cirebon ini diikuti 654 wisudawan kampus setempat yang terdiri dari, 309 dari Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK), 51 dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI), 87 dari Fakultas Syariah (FASYA), 53 dari Fakultas Dakwah dan Komunikasi Islam (FDKI), 76 dari Fakultas Ushuludin dan Adab (FUA), 72 dari Program Magister, dan 6 Program Doktor Pascasarjana.

Untuk hari pertama, wisuda digelar untuk mahasiswa FITK IAIN Cirebon. Sedangkan di hari kedua untuk mahasiswa FEBI, FASYA, FDKI, FUA, Program Magister, dan Program Doktoral.

Menariknya, untuk hari pertawa wisuda ini dihadiri langsung Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan RB), Abdullah Azwar Anas.

Rektor IAIN Cirebon, Prof Dr H Aan Jaelani MAg dalam kesempatan ini memaparkan terkait transformasi kampus setempat menjadi Universitas Islam Negeri Syekh Nurjati Cirebon (UINSSC) atau kampus siber.

Transformasi menjadi kata kunci dalam perkembangan dan kesuksesan sebuah lembaga pendidikan. Kita telah menyaksikan bagaimana era digital telah membawa perubahan yang signifikan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk pendidikan,” kata Prof Aan dalam pidatonya, Senin, 4 Maret 2024.

Menurut Prof Aan, kampus siber menjadi suatu keharusan dalam era globalisasi ini. Untuk itu, perguruan tinggi keagamaan Islam negeri harus mampu beradaptasi dengan teknologi yang berkembang pesat.

“Dengan adopsi teknologi informasi dan komunikasi, kita dapat menciptakan ekosistem belajar yang lebih dinamis, interaktif, dan efisien. Pembelajaran online, e-library, dan platform pembelajaran berbasis teknologi menjadi sarana yang sangat mendukung proses pendidikan,” katanya.

Namun, lanjut Prof Aan, transformasi ini tidak hanya sebatas pada aspek teknologi semata. Sustainable education, atau pendidikan berkelanjutan, menjadi fokus penting agar keberlangsungan pendidikan tidak hanya tergantung pada perkembangan teknologi, tetapi juga menjaga nilai-nilai keberlanjutan ekonomi, sosial, dan lingkungan.

“Perguruan tinggi keagamaan Islam negeri harus menjadi garda terdepan dalam mendidik generasi yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga peduli terhadap keberlanjutan lingkungan sekitar kita,” ujarnya.

Untuk itu, kata Prof Aan, perguruan tinggi keagamaan Islam negeri harus menjadi contoh dalam menerapkan prinsip-prinsip keberlanjutan dalam operasional kampus, mulai dari manajemen limbah, penggunaan energi terbarukan, hingga pemanfaatan lahan secara berkelanjutan.

Dijelaskan Prof Aan, dalam transformasi kampus siber dan sustainable education, ada beberapa aspek yang menjadi kunci dalam memastikan perguruan tinggi keagamaan Islam negeri benar-benar menjadi lembaga yang berdaya saing dan berkelanjutan.

“Kita perlu memahami bahwa transformasi kampus siber bukan hanya sekadar penerapan teknologi, tetapi juga melibatkan integrasi nilai-nilai keislaman. Dalam menghadirkan teknologi, kita perlu memastikan bahwa nilai-nilai agama kita tidak tergerus, melainkan malah semakin diperkuat,” jelasnya.

Kemudian, sambung Prof Aan, sustainable education tidak hanya mencakup lingkup pendidikan formal di kelas, tetapi juga melibatkan aspek pengabdian masyarakat dan pelestarian lingkungan.

“Perguruan tinggi keagamaan Islam negeri harus memberikan ruang yang cukup bagi mahasiswa untuk terlibat dalam kegiatan sosial, bakti sosial, dan proyek-proyek keberlanjutan yang bertujuan untuk memberikan manfaat nyata bagi masyarakat sekitar,” katanya.

Lalu, Prof Aan memeparkan, dalam konteks keberlanjutan atau sustainable juga perlu memperhatikan cara pengelolaan sumber daya alam dan energi.

“Dalam era global ini, transformasi digital bukanlah sekadar pilihan, melainkan sebuah keharusan dalam menjawab tuntutan zaman,” ujarnya.

Prof Aan pun menegaskan, perguruan tinggi keagamaan Islam negeri harus bersiap menghadapi perubahan ini secara proaktif.

“Transformasi digital tidak hanya sebatas penggunaan teknologi dalam proses pembelajaran, tetapi juga melibatkan perubahan dalam kurikulum, pola pikir, dan budaya akademis,” tegasnya.

Terkait transformasi kampus siber ini, terang Prof Aan, perguruan tinggi harus mampu menyesuaikan kurikulum dengan perkembangan teknologi terkini.

Seperti, pengintegrasian kecerdasan buatan (AI), Internet of Things (IoT), dan teknologi lainnya harus menjadi bagian integral dari program-program akademik.

Ini akan memastikan bahwa lulusan perguruan tinggi keagamaan Islam negeri tidak hanya memiliki pemahaman mendalam tentang ajaran agama, tetapi juga mampu bersaing dalam dunia kerja yang semakin digital,” katanya.

Bahkan, diterangkan Prof Aan, penggunaan platform pembelajaran online, e-learning, dan sumber daya digital lainnya dapat memperluas aksesibilitas pendidikan, tidak hanya bagi mereka yang berada di kampus, tetapi juga bagi masyarakat luas.

“Ini adalah langkah signifikan dalam meningkatkan inklusivitas dan mendukung misi perguruan tinggi untuk menjadi pusat pembelajaran yang merangkul semua lapisan masyarakat,” katanya.

Selain itu, kata Prof Aan, transformasi digital mencakup pemanfaatan data untuk pengambilan keputusan yang lebih baik. Perguruan tinggi harus mampu mengumpulkan dan menganalisis data mengenai kinerja mahasiswa, efektivitas kurikulum, dan kebutuhan industri.

“Dengan demikian, perguruan tinggi dapat merespon lebih cepat terhadap perkembangan dan perubahan kebutuhan pasar kerja. Namun, kita tidak boleh melupakan nilai-nilai keagamaan dan etika dalam setiap transformasi ini,” tandasnya.

Prof Aan menegaskan, perguruan tinggi keagamaan Islam negeri harus tetap menjaga nilai-nilai moral dan spiritual dalam setiap aspek kehidupan kampus. Transformasi digital bukanlah tujuan akhir, melainkan sarana untuk mencapai tujuan utama, yaitu mencetak generasi yang tidak hanya cerdas secara teknologi, tetapi juga memiliki integritas moral yang tinggi.

“Melalui transformasi digital, perguruan tinggi keagamaan Islam negeri dapat menjadi agen perubahan positif dalam membentuk masyarakat yang lebih baik,” katanya.

Dipastikan Prof Aan, transformasi ini bukan beban yang harus diemban, melainkan sebuah kesempatan besar. Perguruan tinggi keagamaan Islam negeri dapat menjadi pionir dalam menciptakan model pendidikan yang holistik, mengintegrasikan kecerdasan akademis dengan kebijaksanaan spiritual, dan merangkul keberlanjutan sebagai landasan dasar pembangunan ilmu pengetahuan.